LIMBOTO – Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo secara simultan mengantisipasi adanya resiko penularan Covid-19 terkait akan diberlakukannya sistem pembelajaran tatap muka (PTM) pada tanggal 1 September 2021. Ia berharap para siswa secara ketat mawas diri bukan saja di sekolah, tetapi juga saat berada dilingkungan tempat tinggal.
“Sekolah ini kita aktifkan lagi insya Allah tanggal 1 September, tetapi dengan catatan untuk SD, SMP semuanya sudah divaksin, baik itu guru, siswanya maupun juga orang tuanya. Karena jangan sampai di sekolah dia sehat tetapi dirumah tidak,” ungkap Bupati Nelson pada pencanangan vaksinasi tingkat SD dan SMP se Kecamatan Mootilango, Senin (30/8/2021).
Untuk mewaspadai bakal terjadinya penularan Covid-19 di sekolah, jelas Bupati, para siswa wajib melakukan dua hal demi menjaga keselamatan. Pertama, penerapan protokol kesehatan harus menjadi budaya, antaranya adalah selalu menjaga jarak, tak lupa mengenakan masker serta menjaga kebersihan. “Namanya duduk itu harus jaga jarak, namanya masker itu sudah tidak boleh ketinggalan lagi, namanya bersih itu haris jadi budaya, dirumah atau di sekolah,” jelasnya.
Cara kedua, dijelaskan, vaksin menjadi modal pertahanan dari dalam diri. Karenanya seluruh sekolah (SD/SMP) di Kabupaten Gorontalo harus gencar melaksanakan vaksinasi. Melalui vaksinasi, sebuah kelompok atau komunitas akan memiliki kekebalan atau yang sering disebut dengan herd immunity. “Nah, saya tegaskan disemua sekolah SD mau pun SMP ini benar-benar dilaksanakan,” tegasnya.
Dipihak lain, Bupati Nelson menyatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi jumlah warga yang telah mengikuti vaksinasi pada awal November mendatang, baik itu di desa dan di kelurahan. Ia pun menyebut daftar penerima vaksin di Kecamatan Mootilango telah mencapai 2.000 orang dari kisaran 15.000 orang.
“Itu menunjukkan hampir 20%. Memang bulan Agustus target kita 20%, dan sampai November sudah 80%, sehingga pada hari ulang tahun Kabupaten Gorontalo pada November kita benar-benar hore, insya Allah 80% benar-benar sudah divaksin,” ungkapnya.
Sementara itu, pandemic Covid-19 nampaknya menyebabkan 400 siswa di Kabupaten Gorontalo mulai enggan bersekolah. Parahnya, rata-rata anak yang duduk di bangku kelas 2 dan 3 sekolah dasar tidak mampu membaca, sehingga kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan lost generation, dalam waktu dua dekade mendatang.
“Kalau tidak, dikhawatirkan akan terjadi lost genaration, generasi yang hilang, sepuluh, dua puluh tahun kedepan. Kita tidak akan memiliki orang-orang yang bisa kita andalkan dalam membangun daerah ini”, tukasnya.
(Kominfo/Ian/John)