Khianat dalam Balutan Oleh: Prof. Fory Armin Naway Ketua ICMI dan Ketua PGRI Kabupaten Gorontalo.

Dulo Ito Mopolayio Lipu

Prof. Fory Naway Dosen FIB UNG dan Ketua TP-PKK Kabupaten Gorontalo

LIMBOTO – Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, setiap orang sudah pasti berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam bentuk dan beragam hubungan yang saling menunjang satu sama lain. Hal itu sudah menjadi kudrat manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam hubungan dan interaksi kemanusiaan, sudah pasti terjalin hubungan dalam bentuk kerjasama, perjanjian, kemufakatan dan lain sebagainya yang di dalamnya terkandung sebuah komitmen dan itikad yang baik untuk membangun hubungan kerjasama yang saling menunjang dan menguntungkan sebagaimana yang menjadi awal tujuan kerjasama atau perjanjian.

Oleh karena itu, dalam ajaran agama sudah jauh-jauh hari, setiap kita diajarkan tentang akhlak, adab dan etika hubungan sosial yang bertumpu pada semangat untuk saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lainnya. Artinya, dalam hubungan dan interaksi apapun, landasan utamanya bertumpu pada akhlak dan adab untuk tidak saling mengkhianati satu dengan yang lainnya.

Namun, jika merujuk pada sejarah peradaban umat manusia di dunia ini, ternyata tidak semua orang mampu membangun konstruksi akhlak dalam kehidupannya yang disebabkan oleh kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai ideal dalam hubungan dengan sesama manusia. Ada-ada saja pengkhiatan, pengingkaran dan sikap destruktif lainnya yang menjadi sumber persoalan yang merusak hubungan antar sesama manusia.

Dalam kehidupan ini, fakta terhadap hal itu sulit dibantah. Itulah sebabnya dalam ajaran agama (Islam) sudah jauh-jauh hari disebutkan, bahwa khianat merupakan salah satu sisi yang disandang oleh orang “munafik”. Disebut demikian, karena di mana-mana khianat itu, selalu dibungkus dalam sebuah balutan, baik dibalut dalam rekayasa, fitnah dan adu domba.” Dalam konteks ini, sikap mawas diri tetap relevan menjadi rujukan agar tidak menjadi “korban”pengkhianatan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan,bahwa, “ciri atau tanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berkata dusta, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya berlaku khianat,” Dalam perspektif Islam, kemunafikan, tidak hanya menjerumuskan seseorang pada “neraka jahanam”di yaumil akhir, tapi juga menuai balasan bagi pelakunya ketika masih hidup di dunia ini. Ketika ada kewaspadaan dan mawas diri, maka kita mampu menolong orang lain tidak terjebak pada sikap khianat hingga ia selamat dunia-akherat.

Dalam konteks ini, instrumen yang penting menjadi rujukan, adalah bagaimana sejatinya menjaga dan membangun hubungan harmoni serta kepercayaan dalam hidup ini melalui upaya “pengendalian diri”. Salah satunya, mengendalikan diri untuk tidak mengkhianati teman, sahabat, klien, mitra atau tetangga bahkan saudara sendiri sekalipun. Karena sesungguhnya pengkhianatan tidak hanya menjadi sumber hilangnya kepercayaan, sumber konflik dan permusuhan, tapi juga menjadi “catatan hitam” yang terus menjadi “ikon atau brand” seseorang yang sulit terhapus dari memori orang lain. Sebagaimana ungkapan, gajah meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”.

Dalam berbagai literatur Islam disebutkan, bahwa sosok pengkhianat di zaman Nabi Muhammad SAW yang terus diabadikan agar menjadi sumber edukasi bagi umat Islam agar mampu menjauhi sifat khianat, adalah tertuju pada Abdullah bin Ubay. Ia dikenal sebagai ‘pentolan’ pengkhianat di masa Rasulullah. Bukan hanya itu, ia juga dicap sebagai orang yang munafik, yaitu suka berdusta dan mengingkari janji.

Dikisahkan, Abdullah bin Ubay awalnya akan diangkat menjadi penguasa Madinah. Begitu Nabi Muhammad SAW hijrah ke kota tersebut, pamor Abdullah bin Ubay memudar seketika. Bahkan masyarakat setempat mengangkat Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpinnya. Melihat hal ini, ia pun marah besar. Kebenciannya terhadap sang Rasul semakin memuncak.

Tak seperti Abu Lahab yang menunjukkan rasa bencinya, Abdullah bin Ubay mengaku beriman di hadapan Rasulullah. Namun di balik itu, ia menjelek-jelekkan nabi dan umat Islam. Ia juga sering mengadu domba agar orang-orang menyerang dan memusuhi umat Islam yang berjuang bersama-sama dengan Rasulullah..

Puncak pengkhianatan Abdullah bin Ubay terjadi, ketika Nabi Muhammad SAW dan pasukan sedang dalam perjalanan menuju ke Uhud untuk berperang (Perang Uhud). Ia membelot dan membawa 300 orang bersamanya untuk bergabung bersama musuh.

Dari kisah tersebut di atas, jelas bahwa sikap khianat telah diabadikan untuk menjadi ibrah atau pembelajaran berharga bagi siapapun untuk tidak mencoba melakoni sifat ini, karena menjadi salah satu sifat yang dibenci dan dilaknat oleh Allah SWT. Selain itu, dengan menjauhi sifat itu, siapapun kita akan menjalani hidup ini lebih tenang, tidak dibayang-bayangi dan dihantui oleh perasaan berdosa, tidak akan kehilangan kepercayaan dari orang banyak dan yang terpenting adalah tidak menjadi “brand image” atau stigma yang buruk yang akan terus diingat oleh orang banyak secara turun-temurun.

Lebih jauh lagi, dalam kehidupan ini aspek penting yang menjadi rujukan, adalah sikap khianat hanya akan memberikan ruang gerak kita dalam kehidupan ini yang sempit, karena akan ditinggalkan oleh orang banyak. Padahal dalam hidup ini, siapapun tidak bisa melepaskan diri dari orang lain.

Apalagi dalam konteks kehidupan membangun jati diri menjadi pribadi yang sukses, maka hubungan yang baik dan harmoni dengan siapapun menjadi pedoman penting. Mendzolimi orang lain, membunuh karakter orang lain, kemudian prinsip azas manfaat atau mengambil keuntungan dari kelemahan orang lain, merupakan bagian yang sangat tidak terpuji dan pasti ada balasannya.

Prinsipnya adalah, untuk menjadi orang yang maju tidak harus menyingkirkan, untuk naik ke puncak tidak harus menjatuhkan orang lain. Atau paling tidak, jadilah “orang yang malas”, yakni malas ribut, malas berdebat, malas mengurusi hidup orang lain, melainkan fokus mengurus diri sendiri agar semakin berkualitas dan kompetitif.Semoga (***)

Bagikan
GALERY KEGIATAN
Klik foto untuk melihat kegiatan

WASPADA PENIPUAN..!!

Pemerintah Kabupaten Gorontalo

Menghimbau kepada seluruh masyarakat agar selalu waspada terhadap PENIPUAN melalui gadget

JANGAN MENGKLIK FILE .APK berisi file Undangan, Lowongan Kerja, Surat Tilang dan aplikasi yang tidak dikenali..!!